Saturday, May 19, 2001

mksn 1992 Hidup dalam Roh yang memerdekakan

HIDUP DALAM ROH


YANG MEMERDEKAKAN

SURAT RASUL PAULUS KEPADA UMAT DI GALATIA

Ditulis sekitar tahun 53 dalam perjalanan dari Efesus ke Korintus, barangkali di suatu tempat di Makedonia, Yunani Utara. Banyak hal tidak jelas: - dalam surat tak ada berita apapun dari Paulus tentang tempat dan waktu surat ini ditulis. Kiranya ini perjalanan ke tiga guna meneguhkan iman jemaat-jemaat yang didirikan beberapa tahun sebelumnya.

Surat ini dibuat 20 tahun setelah pertobatannya: beralih dari agama Yahudi menjadi pengikut Yesus Kristus, sekaligus menjadi pewarta Injil, khususnya bagi orang bukan Yahudi.

Sejak bertobat, sudah 2 X pergi ke Yerusalem:

- 3 tahun setelah pertobatannya (Gal 1:18) mengunjungi Petrus dan mem­perkenalkan diri kepada para pemimpin para rasul.

- hampir 15 tahun kemudian dalam Konsili pertama di Yerusalem. Pada kesempatan kedua ini ia sudah pergi ke mana-mana dan hasil perjalanan­nya itulah yang dilaporkan ke rapat Konsili itu (Gal 2:2).

Kemudian mengadakan perjalanan ke dua: Galatia, Efesus (sekitar dua tahun mungkin dipenjarakan), kemudian Makedonia (Filipi dan Tesalonika), lalu Korintus dan kembali ke Yerusalem. Ini kunjungan ke tiga ke Yerusalem. Dalam kunjungan ke tiga ini ia membawa kolekte yang dikumpulkan di Yunani selama perjalanan II. Kira-kira tahun 55 ia sampai di Yerusalem.

KESULITAN DI GALATIA:

Awal 53 sampai pertengahan 54 dari Makedonia menuju Korintus. Di Makedo­nia, sementara mengorganisir kolekte menerima macam-macam berita buruk:

- di Korintus ada klik-klik. Paulus sudah berusaha mendamaikan tetapi tidak berhasil. Lalu mengutus Timotius. Timotius kembali mengatakan: sudah lumayan. Masih banyak kesulitan tapi paling sedikit orang mau menerima Paulus lagi.

- di Galatia, yang dua tahun sebelumnya dikunjungi Paulus dan semua kelihatan baik-baik, ada perubahan mendadak.

Anehnya, dalam 1 Kor (yang ditulis beberapa saat sebelumnya), Paulus masih menyebut Galatia sebagai contoh bagi jemaat-jemaat lain (1Kor 16:1). Tapi kemudian Paulus menulis dengan formal, keras, terus terang, emosional (Hai orang Galatia yang bodoh, Gal 3:1); tanpa sapaan persahabatan pada awal, tak ada salam dan kasih pada akhir, seperti lazim dalam surat-surat Paulus lainnya. Mengapa? Kiranya karena adanya para pengacau (1:17; 5:10) yang menyelundup (2:4) dan merusakkan seluruh karya Paulus.

Surat ini praktis mirip surat pembelaan:

I. PERKARA: (1:6-10)

Umat Galatia dituduh menyeleweng dari Injil yang diwartakan Paulus, mereka mengkhianati Paulus dan karya kerasulannya.

APA ISI DARI PERKARANYA?

Masalahnya adalah sunat. Orang-orang Galatia pengin disunat. Penghayatan mereka, sunat itu inisiasi ke dalam agama Yahudi. Maka, dengan tegas Paulus mengatakan: kalau disunat berarti murtad menjadi Yahudi, tidak kristen lagi Inilah yang disebut dengan ‘injil yang lain’.

Gagasan sunat ini tidak berasal dari umat Galatia sendiri, tetapi dari ‘para pengacau’. Yang dimaksud rupanya adalah beberapa orang dari umat Kristen di Yerusalem. Mereka datang ke Galatia. Mereka sebenarnya menerima sunat sebagai kebudayaan. Maka, anjuran mereka agar umat Galatia bersunat justru membingungkan umat di Galatia itu.

Masalahnya berkembang menyangkut kedudukan Paulus sebagai Rasul. Prinsip Paulus, panggilannya diterima dari Tuhan sendiri. Ia tidak mau menentang pimpinan di Yerusalem. Tapi ia juga tidak mau umat Galatia dibingungkan karena masalah di atas. Sebab, penekanan kepada sunat membuat orang meragu­kan kerasulan Paulus. Orang Galatia jadi bertanya-tanya, sungguhkah Paulus itu rasul yang menyampaikan ajaran yang benar. Kalau benar, mengapa berbeda dengan yang diajarkan di Yerusalem?

II. TERJADINYA PERKARA: (1:11-2:14)

Perkara itu menyerang Paulus. Tapi bagi Paulus, yang diserang adalah injilnya. Maka ia mau memperlihatkan bahwa injilnya itu sah; Paulus mener­angkannya dengan menggunakan riwayat hidupnya sendiri.

a. Injilku tidak dari manusia tetapi dari Allah sendiri 1:11-24.

Ketika masih beragama Yahudi, Paulus tak punya minat untuk memasuki iman kristiani. Dia bertekun dalam agamanya, bahkan sampai mengejar dan menganiaya umat kristiani. Paulus menerima panggilan dari Wahyu Allah sendiri. Pertobatannya merupakan buah inisiatif Allah. Tidak tergantung pada orang lain.

b. Injilku disetujui oleh orang Yerusalem 2:1-10.

Lama sesudahnya Paulus pergi ke Yerusalem berdasarkan wahyu Allah (2:2). Ternyata Paulus dibenarkan (2:3). Maka, baik orang Yunani maupun orang Yahudi bisa mengikuti adatnya masing-masing, tanpa harus menjadi dua Gereja. Lalu soal sunat selesai (2:9).

c. Peristiwa di Antiokhia (2:11-14). Injilku hanya dipersoalkan oleh orang Yakobus 2:11-14

Petrus pergi ke Antiokhia, makan bersama jemaat kristen Yunani tanpa mengindahkan peraturan Yahudi. Orang dari kalangan Yakobus datang, mereka tidak ikut makan. Masalahnya lalu menjadi rumit. Kalau orang Yahudi ikut adat mereka, orang Yunani ikut adat mereka, kalau sedang ada bersama bagaimana?

III. TANGGAPAN ATAS PERKARA: (2:15-21)

“Paulus tidak cuma menanggapi perkara umat Galatia, tetapi sekaligus menyampaikan rumusan singkat Injilnya”.

Paulus mulai dengan menyatakan diri sebagai orang Yahu di asli. Prinsip Paulus: baik Yahudi maupun Yunani sebenarnya adalah “orang berdosa”. Semua dibenarkan karena iman kepada Yesus.

Taurat tidak membenarkan orang. Taurat sudah tidak berlaku lagi. Yang berlaku adalah hukum Kristus, maka kalau Paulus tidak melakukan hukum Taurat, ia tidak melawan hukum Taurat itu (wong sudah tidak berlaku).

Bukti bahwa Taurat tidak berlaku lagi adalah wafat Kristus. Kalau Taurat masih berlaku, Kristus tak perlu wafat di kayu salib.

Lepas dari Taurat tidak berarti bisa bertindak seenaknya sendiri; sebab kini hidup untuk Allah, di bawah naungan Hukum Kristus.

IV. BUKTI-BUKTI: Bab 3 dan Bab 4

“Bukti-bukti disampaikan sesuai dengan situasi para lawannya. Belum tentu sesuai untuk jaman kita”.

a. Pengalaman rohani umat Galatia 3:1-5

Umat Galatia beriman kepada Kristus karena pengalaman rohani, bukan melalui pengenalan terhadap Taurat, sebab memang belum kenal Taurat. Kalau sekarang mau melaksanakan Taurat berarti kembali kepada daging.

b. Janji Allah kepada Abraham 3:6-14

Paulus menggunakan bukti Kitab Suci: Abraham dibenarkan karena iman, bukan karena Taurat (Kej 15:6 bdk.Gal 3:6).Abraham menjadi bapa dari semua orang beriman, sehingga melalui Abraham semua bangsa akan diberkati. (Kej 12:3 bdk. Gal 3:8). Bangsa ‘kafir’ pasti tidak dibe­narkan oleh Taurat, karena memang tidak kenal Taurat.

Justru orang yang mengikuti hukum Taurat berada dalam kutuk yakni berada dalam ancaman hukuman. (Ul 27:26 bdk. Gal 3:10)

Kristus menebus kita dari hukum Taurat (3:13) dengan menjadi kutuk bagi kita (Ul 21:23).

c. Janji dan Hukum 3:15-18

Hukum Taurat diberikan 430 tahun sesudah janji kepada Abraham. Dasar keselamatan adalah janji kepada Abraham itu. Janji itu terpenuhi dalam Kristus. Janji itu tak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat.

d. Fungsi Taurat 3:19-29

Dengan Taurat pelanggaran-pelanggaran (dosa) semakin banyak dan jelas. Semua dikurung di bawah kekuasaan dosa (3:22). Namun, dengan semakin banyaknya dosa, semakin orang rindu akan pelaksanaan janji, saat iman datang, dalam Kristus. Maka, Taurat juga disebut penuntun.

e. Arti Kristus 4:1-11

“Semua manusia, kendati sudah mendapat janji keselamatan, tidak bisa apa-apa sebelum Kristus datang. Tetapi dengan kedatangan Kristus, kita diterima menjadi anak (4:5). Sebab Kristus menjadi saudara kita, lahir dari seorang perempuan. Dan Allah mengutus Roh AnakNya ke dalam hati kita (4:6) yang membuat kita mampu menyebut Allah “Abba, Bapa”, maka kita sungguh menjadi ahli waris”.

f. Soal Kesetiaan 4:12-20

Paulus mewartakan Injil di desa Galatia, hanya karena kebetulan dia menderita sakit mata yang cukup serius bahkan menjijikkan. Tapi orang Galatia menyambut dia bagaikan seorang malaekat atau malah sama seperti menyambut Kristus sendiri. Di tengah-tengah mereka, Paulus hidup seperti mereka.

Maka, kini Paulus mengajak mereka untuk menjadi seperti dia, hidup dalam iman akan Kristus, lepas dari segala peraturan dan ketetapan Taurat. Kembali pada yang pokok.

g. Sara dan Hagar 4:21-31

Tafsiran Paulus tentang Sara dan Hagar cukup ‘membingungkan’ Paulus sendiri. Tapi pada pokoknya, Paulus mau mengatakan bahwa umat Galatia bisa disejajarkan dengan Ishak (anak perjanjian, anak merdeka) dan bukan Ismael (anak yang diperanakkan menurut daging, anak hamba).

V. KESIMPULAN PRAKTIS: (5:1-6:10)

Kesimpulan praktis diambil Paulus berdasarkan inti pokok Injil, maka berlaku untuk siapapun.

1. Arti dan dasar kemerdekaan 5:1-6:10

Kristus telah memerdekakan kita, maka jangan mau kembali dibebani kuk perhambaan (5:1). Yang berarti hanyalah ‘iman yang bekerja oleh kasih’ (5:6). Jadi pengabdian kepada sesama. Sunat dan adat istiadat lainnya tidak pokok

Umat Galatia sebenarnya setuju dengan ide ini. Pengacau-pengacaulah yang hendak ditentang Paulus.

2. Praktek Kemerdekaan 5:13-26

Orang Galatia baru menjadi kristen. Mereka butuh pedoman, peraturan hidup, supaya kemerdekaan mereka tidak menjadi semau gue. Para ‘pengacau’ mau memberikan Taurat sebagai pedoman itu. Paulus mengajak umat untuk hidup dalam Roh, juga dipimpin Roh (5:25). Dengan demiki­an, umat tidak hidup semau gue tetapi sungguh sebagai orang-orang merdeka.

3. Hasil hidup dalam kemerdekaan 6:1-10

Maka, tak ada alasan orang Galatia merasa minder karena tidak mengik­uti hukum Taurat. Sebab yang diikuti adalah hukum Kristus, hukum pengampunan (6:1) Tapi juga tidak untuk menyombongkan diri, malahan harus saling menolong (6:2) dalam segala hal (6:6).

Yang disebut (kasih, kerendahan hati, pengampunan,...) memang bisa dilihat sebagai hasil keutamaan manusiawi saja. Tetapi Paulus meli­hatnya sungguh sebagai buah Roh.

VI. PENUTUP 6:11-18

Setelah menegaskan lagi segala sikap dan pandangannya terhadap para lawannya, (Lawan = Menonjolkan diri, Paulus = tidak mau bermegah selain dalam salib Yesus), Paulus menutup suratnya dengan sangat singkat (ay. 18)

KEISTIMEWAAN SURAT INI:

1. Mulai disadari bahwa iman lebih penting dari agama. Iman mencakup seluruh umat manusia, berasal dari panggilan Allah sendiri. Agama seringkali menjadi pembatasan karya Allah.

2. Disadari betapa sulit hidup dalam “Roh”, tanpa ikatan dan perbatasan dari peraturan dan hukum. Lebih mudah hidup dengan pegangan yang jelas (=Taurat).

3. Semakin disadari bahwa seluruh iman kristiani berpangkal pada penga­laman akan Tuhan yang mulia. Tuhan yang hadir melalui Roh KudusNya. Maka, kemerdekaan yang diperjuangkan adalah kemerdekaan dalam Roh.