Sunday, February 05, 2006

Memahami ALLAH

BAB V
ALLAH YANG MENGASIHI MANUSIA

1. Kitab Suci ditulis dalam kurun waktu sekitar 2000 tahun dan merumuskan pengalaman pergaulan Allah dengan manusia, khususnya umat terpilih, selama sekitar 2000 tahun. Pengalaman pergaulan Allah - manusia itu menembus sejarah umat terpilih di berbagai tempat dan dalam berbagai situasi perkembangannya. Maka kurang tepatlah kalau kita mencoba begitu saja menerapkan pemikiran kita sekarang tentang Allah dengan gambaran tentang Allah yang muncul dalam berbagai bagian Kitab Suci, sebab bahkan untuk bagian-bagian Kitab Suci itu sendiri gambaran tentang Allah sudah dapat begitu berbeda-beda. Ini tidak berarti bahwa ada banyak Allah yang sekaligus juga berbeda dengan Allah yang kita sembah. Hanya ada satu Allah yang mewahyukan diri kepada manusia. Perbedaan pemahaman dan gambaran tentangNya muncul karena manusia tidak dapat sekaligus dan sepenuhnya menangkap dan memahami misteri Allah yang begitu agung. Ada satu proses yang di dalamnya Allah mewahyukan Diri itu semakin dikenal oleh manusia.

2. Kejadian bab 1-11 mengungkapkan iman para penulisnya akan Allah sebagai jawaban terhadap segala persoalan manusia yang mendasar. Dengan memanfaatkan kisah-kisah yang sudah beredar pada masanya, para penulis mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal-usul manusia, tentang penderitaannya, tentang pergaulan hidupnya. Semuanya dijawab dalam rangka keyakinan akan peranan Allah di dalamnya. Dilihat sepintas, sebagian besar kisah menggambarkan kebobrokan manusia. Namun, dengan memperhatikan sedikit lebih teliti saja kisah-kisah tersebut, akan nampak Allah yang ingin diwartakan untuk membina iman umat (Pembacanya)
a. Adam dan Hawa berdosa (Kej 3:1-14) dan menanggung akibat dosa itu (Kej 3:16-19) sampai harus pergi dari taman Eden (Kej 3:23).
Namun Allah menjanjikan kemenangan atas sumber dosa (Kej 3:15) dan memberi pakaian kepada manusia (Kej 3:21).
b. Kain membunuh Habel karena iri (Kej 4:1-18) dan harus menanggung akibat dosanya itu (Kej 4:9-14).
Namun Allah memberi jaminan bahwa Kain tak akan dibunuh.
c. Kisah air bah menampilkan kejahatan manusia yang berdosa dan menjauhkan diri dari Allah (Kej 6:1-7) sehingga harus dihancurkan (Kej 7:10-24).
Namun Allah berbelaskasih kepada Nuh (Kej 6:13-22; 7:1-9; 8:15-17), memberkatinya dan menganugerahkan janjiNya yang baru kepada Nuh (Kej 8:21-9:17).
d. Kisah Menara Babel (Kej 11:1-9) mengisahkan kesombongan dan kedosaan manusia.
Namun Allah sekali lagi memulai dengan kisah yang baru (Kej 11:10-32) yaitu panggilan Abraham.
Ternyatalah kisah-kisah dalam Kejadian Bab 1-11 hendak mewartakan Allah yang berbelaskasih kepada manusia yang senantiasa jatuh ke dalam dosa, Allah yang mengangkat manusia yang jatuh.

3. Abraham hidup sekitar abad 19-17 sebelum Masehi. Kisah tentangnya diteruskan turun-temurun dalam sejarah bangsa Israel sebagai petunjuk asal-usul bangsa itu. Oleh para penulis Kitab Suci peristiwa Abraham dilihat sebagai awal tindakan Allah yang merelakan diri untuk bergaul dengan manusia sebagai ‘aku dan engkau’, dengan demikian dapat dilihat sebagai awal perwahyuan ilahi.
Kisahnya diawali dengan panggilan Allah kepada Abraham. Panggilan itu mengarahkan Abraham untuk meninggalkan jaminan hidup yang telah dimilikinya (dan kiranya juga dapat diperjuangkannya) dan meletakkan seluruh kepercayaan dan pengharapan kepada Allah semata-mata (Kej 12:1-3). Panggilan itu disertai janji kebahagiaan untuk Abraham (Kej 12:2-3), bukan pertama-tama demi kepentingan Allah sendiri. Jaminan akan terlaksananya janji Allah itu antara lain diperlihatkan dalam kuasa Allah akan segala yang diberikanNya kepada Abraham (Kej 15:5-6).
Demikianlah janji yang terungkap pada awal keterlibatan Allah dalam sejarah umat manusia, menampilkan Allah sebagai Allah yang berkuasa atas ciptaan, sebagai Tuhan sejarah yang terus menerus membangun hubungan pribadi dengan manusia.

4. Perjalanan sejarah bangsa Israel mencapai titik puncaknya dalam peristiwa pembebasan dari perbudakan di Mesir di bawah pimpinan Musa. Kepada Musa Allah memperkenalkan diri sebagai Allah yang sama dengan yang dihormati oleh Bapa Bangsa (Allah Abraham, Iskak dan Yakub), juga sebagai Allah yang aktif dan hadir di tengah-tengah umatNya (‘Aku adalah Aku’, Yahwe; Kel 3:14 dan seterusnya). Allah yang hadir dan aktif di tengah-tengah umatnya tidak hanya tampil sebagai yang dekat dengan manusia, tetapi juga sebagai yang jauh melampaui manusia (transenden). “Aku adalah Aku” juga menunjukkan bahwa NamaNya ada di luar perhitungan manusia. Dalam sejarah bangsa Israel pun Allah dialami sebagai yang samasekali tidak tergantung pada manusia. Allah menuntun, menuntut, memanggil, membebaskan; semua atas kehendakNya sendiri. Kebebasan Yahwe ini nampak juga dalam usahaNya untuk terus-menerus mewujudkan janjiNya kepada Abraham dan keturunannya kendati tidak mendapatkan tanggapan yang positif dari bangsa terpilihNya. Kesetiaan Allah yang melampaui segala batas kesetiaan manusia inilah juga alasan mengapa Allah tidak mau disejajarkan dengan allah-allah yang lain dan sering dikenal sebagai Allah yang cemburu, satu-satunya Allah yang benar.

5. Pengalaman nabi Yeremia dapat dilihat sebagai contoh pengalaman orang beriman terhadap kehadiran Allah yang berkarya. Nabi Yeremia dipanggil untuk menyampaikan kritik dan kecaman terhadap raja Yoyakim. Pelaksanaan tugas panggilannya ini membuat Yeremia harus mengalami masa yang sungguh berat dan penuh kecemasan. Raja merasa tidak senang dengan kritik Yeremia, maka mencoba membunuhnya. Keadaan ini membuat hidup Yeremia terpojok. Bahkan yang dahulunya menjadi sahabat, kini berubah menjadi lawan. Inilah masa gelap yang dialami oleh Yeremia dan mengajaknya untuk memberontak terhadap Yahwe. Yeremia memberontak karena menganggap bahwa Yahwe telah menangkap, membujuk, dan menipunya (Yer 20:1-8).
Kemudian Yeremia menyadari bahwa ia - seperti Abraham - sedang mengalami sendiri misteri Allah yang tak dapat ditangkap dan dimengertinya (Yer 20:7-10), namun yang sebenarnya tetap hadir dan menyertainya dalam perjuangan hidupnya; sehingga muncullah pengakuan iman yang mendalam (Yer 20:11-13).

6. Demikianlah Perjanjian Lama menampilkan Allah yang transenden, namun sekaligus imanen, Allah yang jauh melampaui batas pengertian, pemahaman, dan kekuatan manusia, namun sekaligus dekat, hadir dan aktif di tengah sejarah manusia. Allah itulah satu-satunya Allah yang benar dan hidup, Allah yang menjanjikan kebahagiaan dan dengan setia menuntut manusia untuk dapat menerima janjiNya itu.

7. Injil Yohanes dapat dilihat sebagai muara permenungan tentang Yesus. Dengan penggambaran yang merupakan hasil refleksi yang mendalam Yesus tampil sebagai Anak Allah dalam hubungan dengan BapaNya.
Hidup Yesus digambarkan sebagai pelaksanaan kehendak BapaNya, sebagai keikutsertaan dan penyelesaian pekerjaan BapaNya (Yoh 4:34; 17:4). Dan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Yesus adalah memperkenalkan (= mewahyukan) Allah kepada manusia, dan mempersatukan manusia denganNya (Yoh 17:2-3). Yesus melaksanakan tugasNya itu dengan menyatakan bahwa Bapa hidup dalam DiriNya. Siapa yang bertemu Yesus, bertemu Bapa (Yoh 1:18; 12:45; 14:9).
Melalui kotbah-kotbah dan penghayatan hidupNya Yesus mewahyukan Allah sebagai kasih sejati. Makna karya dan hidup Yesus sampai pada sengsara dan kebangkitanNya diterangkan sebagai perwujudan kasih yang nyata (Yoh 13-17), yang mencapai puncaknya dalam pemberian Diri seutuhnya (Yoh 13:1; 15:13-14). Bukan hanya menerangkan, Yesus melaksanakan yang sudah dikatakanNya (Yoh 18-20) sehingga dapat menarik semua orang kepadaNya. Dan Yesuspun memanggil murid-murid untuk ikut serta dalam pekerjaanNya itu (Yoh 13:34).
Demikianlah Yohanes mengajak kita untuk sampai pada pengakuan akan Allah yang adalah kasih:
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal” (Yoh 3:16).

8. Gambaran akan Allah yang disampaikan dalam uraian ini jauh dari lengkap (sebagai data), namun kiranya cukup untuk menunjukkan Siapa Allah yang diwartakan dalam Kitab Suci. Sebagai bahan bacaan silahkan membaca:
1. F.J. Moloney SDB - I. Suharyo Pr, Menjadi Murid dan Nabi, Kanisius 1987.
2. A. Gelin, Gagasan-gagasan Pokok Perjanjian Lama, Kanisius 1973.

Rm. Willem SGP Pr
Wates, 1989

0 Comments:

Post a Comment

<< Home