Saturday, June 10, 2000

mksn 1981 Firman Tuhan Mendewasakan



FIRMAN TUHAN
MENDEWASAKAN

BAHAN : GAGASAN PENDUKUNG
OLEH : Dr. PC Groenen OFM

LEMBAGA BIBLIKA INDONESIA
dicetak ulang oleh
Pelayanan Kerasulan Kitab Suci Kevikepan Semarang



PENDAHULUAN

Jemaat yang bangkit dalam masyarakat
(Yoh 13:28; 12:31).

Aksi Puasa Tahun 1981 telah berkisar pada tema "Kebangkitan Jemaat dalam Masyarakat". Kebangkitan itu berarti bahwa jemaat yang percaya kepada Yesus Kristus, mampu dan berani menunaikan tugas panggilannya dalam masyarakat. Orang yang percaya menimba kemampuan dan keberanian itu dari kebangkitan Tuhan sendiri. Yesus Kristus telah bangkit dari antara orang mati, dan terus mau bangkit dalam dunia manusia. Dalam Yesus Kristus Allah sudah mengatasi dan mengalahkan segala daya perusak yang berkarya dalam manusia serta dunianya. Umat yang percaya menjadi peserta dalam daya penyelamatan Tuhan, dan karena itupun mampu ikut serta dalam perjuangan melawan daya perusak yang ada, juga dalam masyarakat Indonesia.

Haruslah jemaat orang dewasa

Adapun jemaat yang mesti bangkit dalam masyarakat itu, haruslah jemaat orang dewasa. Orang dewasa berarti: orang yang dapat dan harus bertanggung jawab atas perbuatannya; orang yang berani mengambil keputusan atas dasar pertimbangan yang masak-masak; orang berani melaksanakan keputusannya kendati rintangan dan bahkan perlawanan. Orang dewasa ialah orang yang siap memikul segala akibat dari keputusan dan tindakannya, juga kalau keputusan semula ternyata keliru. Orang dewasa siap mengambil resiko, dan berani mengakui dan membetulkan kekeliruannya, kalau memang keliru.
Pemilihan umum mengandaikan orang dewasa
Tahun depan ada pemilihan umum di Indonesia. Pemilihan itu harus bebas dan rahasia. Pada pemilihan umum orang diandaikan bertindak sebagai orang dewasa di bidang urusan negara Indonesia, di bidang politik. Urusan-urusan negara itu tentu saja amat penting. Orang dewasa yang ikut memilih harus tahu akan tanggung jawabnya, berani mengambil keputusan dan siap memikul resiko yang terikat padanya.

Tema HMKSN

Maka sesuailah dengan tema aksi puasa yang lewat dan pemilihan umum yang mendatang, kalau perayaan Hari Minggu Kitab Suci Nasional (HMKSN) tahun 1981 memusatkan perhatiannya kepada tema "Firman Tuhan mendewasakan"

Firman Allah mendewasakan

Firman Allah yang tercantum dalam Alkitab dan yang dihidupkan kembali melalui pemberitaan dan katekese, menganggap dan memperlakukan manusia sebagai orang dewasa, sebagai teman sekerja Allah yang turut bertanggung jawab. Karena itu firman Allah itu mendidik orang percaya menjadi manusia dewasa. Sebab "Kitab Suci dapat memberi hikmat-kebijaksanaan, menuntun kepada keselamatan, bermanfaat menurut maksud Tuhan untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik orang dalam kebenaran. Begitulah orang kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap pekerjaan yang baik" (2 Timotius 3:16-17)


I. ALLAH TELAH BERFIRMAN BAHWA MANUSIA TEMAN SEKERJA TUHAN YANG TURUT BERTANGGUNGJAWAB ATAS KARYA TUHAN.

DUNIA CIPTAAN DIPERCAYAKAN KEPADA MANUSIA
(Kejadian 1:26-28; 2:8-9,15 Kejadian 9:1-3).

Allah menciptakan manusia, dan sejak awal mula memperlaku-kannya sebagai orang dewasa. Itu sudah kita baca pada halaman pertama Alkitab. Dengan FirmanNya yang berdaya Allah menjadikan manusia menurut GambaranNya sendiri. Pengurusan dunia dipercayakan Pencipta kepada GambaranNya itu. Begitulah dikatakan Kitab Suci.Tentu saja Tuhan tidak mempercayakan karyaNya, jagat raya, kepada anak kecil, tetapi kepada orang yang dianggapNya dewasa, yang mampu memikul tanggung jawab atas segala sesuatu. Tuhan membuat taman di Eden. Manusia ditempatkan disitu; lalu pengelolaan taman itu dipercayakan kepadanya. Artinya manusia diberi tugas mengolah dunia disediakan Tuhan sendiri. Pendeknya manusia dijadikan wakil Tuhan di bumi, teman sekerja untuk menyelenggarakan dunia itu. Habis air bah yang memusnahkan segalanya, kembali manusia diangkat menjadi wakil Tuhan dan pengurus duniaNya.

Keputusan diletakkan ditangan manusia. (Sirakh 17:1-8; 15:14-20).

Begitu juga dijelaskan dengan panjang lebar dalam kitab Yesus bin Sirakh. Manusia diberi kuasa oleh Tuhan atas segala sesuatu di bumi. Agar dapat menjalankan kuasa itu, ia diberi pula kekuatan, hati untuk berfikir dan pengetahuan yang arif. Manusia bukan alat mati, semacam mesin atau komputer. Ia tidak diprogramir sebelumnya, tetapi sendiri dapat dan mesti mengambil keputusan yang sekali-kali tidak dipaksakan Tuhan. Keputusan bebas diletakkan Tuhan di tangan manusia. Sekali lagi nampaklah bahwa manusia bagi Tuhan bukan anak kecil yang perlu dirawat dan diurus, melainkan orang dewasa yang berdiri atas kakinya sendiri.

Kedewasaan sebagai karunia (Mazmur 8:7-9).

Kedewasaan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan melaksanakannya serta tanggungjawab itu merupakan karunia Tuhan yang menjadikan manusia demikian. Karena itu Mazmur 8 tidak hanya memuji Tuhan karena menciptakan manusia sebagai puncak karyaNya, tetapi juga bersyukur karena manusia dijadikan wakil Tuhan dan diberi tanggung jawab atas pengurusan ciptaan Tuhan. Kedewasaan bukan suatu beban yang terpaksa dipikul, melainkan suatu karunia yang patut disyukuri.

Diikutsertakan juga dalam rencana penyelamatan.
(Kejadian 6:13-22; 12:1-6; 6:1-12).

Tidak hanya dalam tata penciptaan, tetapi juga dalam pelaksanaan rencana penyelamatanNya Allah mengikutsertakan manusia sebagai orang dewasa yang dengan bebas turut bertanggungjawab. Atas ajakan Tuhan NUH dengan tangan sendiri membuat bahtera, dan dengan demikian ikut menyelamatkan manusia serta lingkungan hidupnya dari kemusnahan total.
ABRAHAM menjawab panggilan Tuhan, dan dengan demikian men-jadi pangkal umat Allah yang menyalurkan janji keselamatan sepanjang masa.
MUSA menerima tugas yang dipercayakan kepadanya oleh Allah. Ia menjadi pemimpin yang membebaskan umat Allah dari perbudakan, dari genggaman kuasa jahat.
YOSUA menaati anjuran Tuhan, lalu merebut tanah yang berlimpah susu dan madu-lambang keselamatan bagi umat Tuhan (Yosua 1:1-9). Atas prakarsanya sendiri tetapi dalam rencana Tuhan, wanita pahlawan yang bernama DEBORA bangkit untuk membebaskan umat dari penindasan (Hakim 4:4-10).
SAMUEL tidak enggan menanggapi panggilan Tuhan untuk me-mimpin umat ke tahap berikut dalam sejarah penyelamatan (1Samuel 3:2-19).
DAUD dipilih Tuhan, tetapi dengan mengatasi seribu satu hambatan dan dengan kelihaian yang luar biasa (1 Samuel 16:1-13).Daud akhir-nya berhasil menjadi wakil Tuhan pada umatNya untuk menjamin damai sejahteranya (2 Samuel 2:1-7; 5:1-5).
Di tempat peralihan dari umat Allah yang lama menjadi umat yang baru, berdirilah MARIA. tokoh ini mewakili baik umat yang lama maupun umat yang baru. Tuhan menawarkan kepada Maria tanggungjawab yang paling besar. Dan sebagai wanita yang dewasa Maria menjawab: "Jadilah padaku menurut FirmanMu" (Lukas 2:26-38).
PAULUS diajak untuk membawa Injil tentang Yesus Kristus sampai ke ujung bumi. Sebagai manusia yang dewasa ia merelakan diri, dan tidak mengelakan diri dari tanggung jawab itu. Semua tokoh diatas ini adalah orang beriman yang sungguh-sungguh dewasa (Kis 26:12-23)

MANUSIA TIDAK DAPAT LUPUT DARI TANGGUNG JAWAB.

Manusia oleh Tuhan dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa. Dan itupun sedemikian rupa, sehingga malah penakut, tidak dapat meluputkan diri dari tanggung jawab yang diberikan Tuhan. Ada cerita tentang Musa yang mencari dalih untuk melarikan diri dari tugas yang mau dipercayakan kepadanya. Tetapi ia tidak dilayani Tuhan. Sebaliknya ia justru dikuatkan untuk memikul tanggung jawab yang maha besar (Keluaran 4:10-17)
Dengan cara yang serupa hakim GIDEON mencari akal untuk menolak tanggungjawab atas keselamatan umat, yang mengandaikan orang yang benar-benar dewasa. Tetapi Gideonpun tidak berhasil mengembalikan tanggung jawab kepada Tuhan (Hakim 6:11-16)
Nabi YEREMIA juga nampaknya seorang penakut yang kurang berani menerima tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya oleh Tuhan. Ia mencari dalih, tetapi juga tidak dihiraukan oleh Tuhan. Sebaliknya Tuhan memberi kekuatan kepada Yeremia untuk memikul bebannya. Kemudian nabi itu mengeluh karena tanggungjawabnya terasa terlalu berat (Yeremia 1:4-10).Tetapi ia mendapat teguran dari Tuhan sebab keluhannya kurang pantas bagi seorang yang dewasa; suatu tanda kurang percaya (Yer 15:10-18; 15:19-21)
Lain halnya dengan nabi YESAYA yang malah sampai menawarkan diri untuk tugas berat dan penuh tanggungjawab (Yesaya 6:8-10).

II. MANUSIA DEWASA BERTANGGUNG-JAWAB KEPADA TUHAN.

Mempertanggungjawabkan tindakan kepada Tuhan
Manusia dewasa adalah seorang yang bebas. Kebebasan itu dihormati sepenuh-penuhnya oleh Tuhan. Tetapi kebebasan itu tak berarti bahwa orang hanya perlu memperhatikan dirinya saja. Ia mesti memper-tanggungjawabkan keputusan dan tindakannya pertama-tama kepada Tuhan. Tak mungkin ia melem-parkan tanggungjawab atas perbuatannya pada orang lain. Sirakh menegaskan bahwa manusia yang oleh Tuhan diberi kuasa atas makhluk-makhluk lain, wajib memuji Tuhan dan mewartakan pekerjaanNya yang agung. Tingkah lakunya selalu terbentang dihadapan Tuhan. (Sir 17:10;17:15-20)
Tuhan tidak segan memanggil manusia agar ia mempertanggungjawabkan tingkah-lakunya. Setelah Adam bertindak semaunya, ia dipanggil Tuhan untuk menjelaskan kelakuannya. Adam mencoba melemparkan tanggung-jawab kepada isterinya, dan secara halus malah kepada Tuhan sendiri yang menempatkan Hawa di sisi Adam. Hawa pada gilirannya melemparkan tanggungjawab ke ular.Tetapi Tuhan tidak menerima akal yang kekanak-kanakan itu (Kejadian 3:7-13). Manusia sendiri mesti memikul akibat dari keputusannya (Kejadian 3:16-19). Juga orang berkuasa seperti Daud tidak dapat bertindak sekehendak hati. Ia mesti mempertanggungjawabkan tindakannya kepada Tuhan. Ternyatalah Daud orang dewasa yang siap memikul konsekwensi dari perbuatannya yang salah. Ia tidak berkata bahwa Tuhan membuatnya berdosa (2 Samuel 12:1-14).

Tanpa petunjuk terperinci toh bertanggung jawab.

Tuhan percaya kepada manusia sebagaimana orang dewasa pantas dipercayai. Karena itu Allah tidak segan mempercayakan banyak kepada manusia untuk diurus, tanpa memberi petunjuk dan instruksi terperinci. Tetapi akhirnya Tuhan tetap meminta pertanggung-jawaban atas segala urusan. Kepercayaan Tuhan itu serta tanggung-jawab manusia dengan bagus diilustrasikan oleh dua perumpamaan injil. Ada perumpamaan tentang uang mina, dan perumpamaan serupa tentang talenta. (Lukas 19:12-27; Matius 25:14-30). Tampillah sejumlah hamba yang sebagai orang dewasa menangani apa yang dipercayakan kepadanya. Tetapi tampil juga seorang yang ternyata masih kanak-kanak, yang tidak berbuat apa-apa, lalu malah melemparkan tanggung-jawab kepada tuannya.Tetapi Tuhan tidak menerima hal semacam itu. Apa yang sebenarnya dipercayakan kepada manusia beriman, tidak kurang dari Kerajaan Allah (Matius 25:25-28; Lukas 19:20-24).


III. MANUSIA DEWASA BERTANGGUNG JAWAB KEPADA SESAMANYA.

Bertanggung jawab satu sama lain.

Orang beriman yang dewasa mesti mempertanggung-jawabkan keputusan dan tindakannya kepada sesama manusia juga. Manusia kan tidak hidup seorang diri dimuka bumi ini ala Robinson Crusoe. Firman Tuhan menandaskan: "Tidak baik kalau manusia seorang diri saja" (Kejadian 2:18). Malah tidak mungkin manusia seorang diri saja. Ia membutuhkan orang lain untuk menjadi dewasa. Manusia hidup bersama-sama dengan banyak manusia lain, dan bersama-sama menangani tugas dibumi ini. Maka sebagai orang dewasa mereka mesti bertanggungjawab yang seorang terhadap yang lain. Tidak seorangpun yang boleh mengulang ucapan Kain yang membunuh adiknya: "Apakah aku penjaga adikku?" Jawaban semacam itu tidak diterima Tuhan (Kejadian 4:9)

Kepentingan sesama saudara.

Orang beriman bertanggung jawab terhadap sesama orang beriman. Dalam keputusan dan tindakannya ia harus memperhitungkan kepentingan dan keselamatan sesamanya. Itulah yang sering kali di-jelaskan oleh Firman Tuhan yang mendidik manusia menjadi dewasa (Roma 15:1-3,7). Demi sesama saudara orang kadang-kadang wajib mengorbankan pertimbangan dan keleluasaannya untuk bertindak. Orang beriman yang dewasa malah siap melepaskan haknya, seandainya penggunaannya mendatangkan kerugian bagi sesama saudaranya. (Roma 14:14-23; 1 Korintus 8:4-13)
Tidak hanya saudara seiman perlu diperhitungkan dalam setiap keputusan, tetapi juga mereka yang diluar lingkup umat beriman. 1 Petrus ditulis sebagai firman Tuhan bagi jemaat-jemaat yang merupakan minoritas kecil dalam masyarakat yang berkeyakinan dan beragama lain. Dan masyarakat itu pada umumnya kurang simpatik terhadap minoritas itu. Orang-orang beriman diajak untuk mempertang-gung-jawabkan iman dan pengharapannya kepada setiap orang yang meminta pertanggungan jawab.Tetapi pertanggungan jawab itu tidak diberikan secara fanatik dan sombong, melainkan dengan lemah lem-but, rasa hormat dan hati-nurani (=maksud) yang murni. Artinya tanpa pamrih, dengan memperhatikan orang lain itu. Begitulah mereka dapat menghilangkan dasar perasaan dan tindakan yang kurang simpatik. Pengalaman kasih sejati, tanda kedewasaan rohani, mencakup semua orang dan tidak hanya kawan-kawan seiman (1 Petrus 3:15-16; 1Korintus 13:11-13; Galatia 6:10).
Seorang wanita beriman yang mempunyai suami yang tidak (belum) percaya, diharapkan memperhitungkan suaminya itu dalam keputusan dan tindakannya, supaya suaminya dimenangkan dengan kelakuan yang sesuai dengan iman kepercayaan sejati yang dewasa. (1 Petrus 3:1-6)

IV. KEMERDEKAAN YANG DEWASA.

Firman Allah memerdekakan.

Firman Allah mendewasakan manusia. Hal ini pertama-tama berarti: Firman Allah membebaskan dan memerdekakan manusia, sehingga ia dapat mengambil keputusan, melaksanakannya, mempertanggung-jawabkanya. Sebab firman Allah menyampaikan kebenaran tentang Allah dan tentang manusia. Kebenaran itulah yang memerdekakan manusia, yaitu dari serta antek-anteknya dan dari akibatnya yang tidak terpulihkan. Firman Allah yang berwujud Injil, adalah hukum yang sempurna yaitu hukum yang memerdekakan orang, asal didengar dan sungguh-sungguh diamalkan (Yohanes 8:32-36; Yakobus 1:25)

Merdeka untuk mengabdi kepada Tuhan dan sesama.

Tetapi kemerdekaan orang beriman yang dewasa sekali-kali tidak berarti bertindak sewenang-wenangnya. Sudah dikatakan bahwa baik keputusan maupun tindakan mesti dipertanggungjawabkan kepada Allah, dan sesama saudara. Kemerdekaan sejati tidak berarti bertindak tanpa keyakinan dan tanpa arah yang mantap. Orang yang dewasa dalam Kristus tidak terpengaruh oleh rupa-rupa pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan (Efesus 4:14) Hanya Kristuslah yang benar-benar memerdekakan orang yang percaya. Tetapi kemerdekaan itu jangan disalahgunakan sebagi kesempatan untuk melayani "daging", hawa nafsu, egois (Galatia 5:1).
Maka hidup sebagai orang merdeka dalam Kristus, tidak berarti menyalahkan kemerdekaan untuk menyelubungi kejahatan (Galatia 5:13), Orang beriman oleh firman Tuhan dimerdekakan, sehingga tidak menjadi budak manusia manapun (1 Korintus 7:23), untuk menghamba kepada Allah (1 Petrus 2:16, Roma 6:22), kepada Kristus (1 Korintus 7:22, Roma 14:18), kepada apa yang benar menurut Tuhan (Roma 6:18-20), dan kepada sesama saudara (Galatia 5:13).
Orang beriman dibebaskan dari berbagai kaitan dan belenggu dosa dan maut (Roma 8:2), hukum Taurat (Galatia 2:5) dan daging (Roma 8:9). Tetapi mereka dibebaskan untuk - sebagai orang merdeka yang bertanggungjawab - mengabdikan diri kepada Allah, Kristus dan kepentingan sesama saudara. Teladan orang beriman yang dewasa, yang sebagai orang merdeka mengabdikan diri, ialah PAULUS; ia digambarkan oleh firman Allah sebagai contoh orang kristen sejati (1 Korintus 9:19-23)

V. KEDEWASAAN SEJATI DIPERJUANGKAN

Manusia tidak lahir dewasa, tetapi menjadi dewasa serta semakin bertanggungjawab, semakin bebas dan merdeka (Proses pendewasaan iman). Proses ini berlangsung lama; sebenarnya tidak pernah selesai. Demikianpun kedewasaan orang beriman dan kemerdekaannya berkembang melalui proses yang lama (Ibrani 5:11-14). Firman Allah mengeluh karena orang beriman nyatanya belum dewasa (1 Korintus 3:1-4). Orang beriman terlibat dalam perjuangan terus menerus untuk mencapai kedewasaan penuh sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga mereka bertumbuh ke arah Kristus (Efesus 4:13-10). Yesuslah manusia yang sungguh-sungguh dewasa(Ibrani 2:6-9). Dan Dialah yang memimpin kita dalam iman, dan membawa iman kita kepada kesempurnaan (Ibrani 12:2).
Proses pendewasaan iman itu melalui bermacam-macam tantangan, tabrakan dan kesukaran (melalui tantangan). Tetapi semuannya itu menjadi sarana pendidikan Allah bagi anak-anak kesayanganNya. Begitulah orang beriman berkembang terus-menerus menuju kemerdekaan anak-anak Allah yang sepenuh-penuhnya, dengan mengikutsertakan segala mahluk lain (Ibrani 12:4-11). Orang beriman yang dewasa adalah orang yang penuh pengharapan, yang berdasarkan Tuhan dan karyaNya. Dalam pengharapan penuh tanggungjawab itu orang beriman memperjuangkan kedewasaannya serta kemerdekaan yang utuh (Roma 8:19-24).
Seorang beriman yang sungguh dewasa ialah Abraham sebagaimana diperkenalkan oleh firman Allah yang mendewasakan (contoh orang yang beriman). Dialah yang menjadi bapa semua orang beriman yang berikhtiar menjadi dewasa . Dalam kitab Kejadian kita dapat mengikuti perjalanan dan pendewasaan orang beriman itu Dengan bebas Abraham menanggapi panggilan Allah, meskipun tidak mempunyai jaminan kecuali firman Tuhan. Melalui macam-macam tantangan dan kesulitan, Abraham berpegang teguh pada imannya (Roma 4:11-12; Kejadian 12-22). Ia mengambil segala resiko, dan ia siap menerima akibat dari keputusan imannya semula. Berkat imannya itu Abraham menjadi bapa suatu bangsa, pembangun suatu masyarakat yang bertahan sampai dengan hari ini dan besok. Tidak mengherankan bahwa Firman Allah mengetengahkan justru Abraham sebagai contoh bagi orang Kristen yang imannya menjadi dewasa.

Penutup.

Kalau jemaat diharapkan bangkit, maka terlebih dahulu diharapkan anggota-anggota jemaat itu menjadi orang dewasa, juga dewasa dalam iman kepercayaannya kepada Yesus Kristus, yang memerdekakan dan mendewasakan mereka. Sebagai orang dewasa mereka dapat dan wajib melibatkan diri dalam pembangunan Jemaat dan masyarakat; sebagai orang yang berani mengambil keputusan yang diperkirakan masak; siap memikul tanggung-jawab atas keputusan dan pelaksanaannya; berani menghadapi resiko dan menerima akibat dari tindakannya. Firman Tuhan menganggap mereka sebagai seorang dewasa, teman sekerja, partner Allah dalam pengurusan dunia dan perwujudan keselamatannya. Dengan membuka telinga dan hati bagi firman Tuhan itu, maka orang beriman didewasakan olehnya menuju kedewasaan penuh dalam Kristus.


Dr. P.C Groenen. OFM