Friday, February 03, 2006

Memahami PERJANJIAN LAMA

BAB IV
PERJANJIAN LAMA
KESAKSIAN UMAT TERPILIH YANG DISAPA ALLAH

1. “Setelah pada jaman dahulu Allah berulangkali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada jaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya .... “ (Ibr 1:1). Penulis surat ini memahami dengan baik seluruh karya Allah sebelum kedatangan Yesus sebagai karya penyelamatan yang mempersiapkan penyelamatan yang sempurna melalui Yesus Kristus. Sama seperti karya penyelamatan Allah dalam dan melalui Yesus Kristus menghasilkan sederetan tulisan yang terkumpul dalam Perjanjian Baru, demikian juga karya penyelamatan persiapan dalam umat terpilih (= Israel) menghasilkan tulisan-tulisan yang terkumpul dalam Perjanjian Lama. Menurut keyakinan Gereja karya penyelamatan Allah dalam Perjanjian Lama tidak diganti, melainkan disempurnakan oleh, dalam dan melalui Yesus Kristus. Dengan demikian tulisan-tulisan Perjanjian Baru juga tidak mengganti atau meniadakan Perjanjian Lama. Karya penyelamatan dalam dan melalui Yesus Kristus hanya dapat dipahami atas dasar karya penyelamatan Allah dalam sejarah Israel.

2. Karya Allah dalam sejarah Israel dan tanggapan Israel terhadap karya Allah itu terbentang dalam sejarah yang mulai sekitar abad kesembilan belas sebelum Masehi sampai kedatangan Yesus di dunia ini. Sejarah itu dapat dibagi menjadi beberapa tahap:

a. Bapa-bapa Bangsa (1800-1600 sM)
Karya Allah di tengah-tengah umat manusia diawali dengan beberapa titik tolak yang sangat sederhana. Seorang pengembara, Abraham, beserta keluarganya tidak dapat lagi hidup di daerah Mesopotamia karena terlalu padat penduduknya. Maka atas dasar alasan-alasan sosial-ekonomis ia pergi ke daerah Palestina dengan berani menempuh segala resiko. Namun menurut keyakinan dan pengakuannya sendiri, di dalam hatinya ada suatu dorongan lain yang sulit dirumuskan. Samar-samar dalam hatinya ia merasa bahwa kepergiannya ke Palestina direstui bahkan dikehendaki oleh Allah. Peristiwa-peristiwa dan pengalamannya selanjutnya menguatkan keyakinan itu: ia mampu bertahan bahkan berhasil dalam kehidupannya yang sukar di wilayah yang baru. Tampak dalam peristiwa ini bahwa Allah menyesuaikan diri dalam memperkenalkan (= menyatakan, mewahyukan) diriNya kepada seorang Abraham, pengembara. Ternyata Abraham sanggup mempercayakan diri dan masa depannya kepada Allah Pelindung yang setia. Allah Pelindung yang setia ini disebut Allah Abraham. Selanjutnya Ia diyakini sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Periode Bapa-bapa Bangsa ini berakhir di Mesir. Pada waktu itu Yakub dan keluarga besarnya menetap di sana, karena seorang anaknya berhasil mencapai kedudukan tinggi di negeri itu.

b. Kelompok budak menjadi suatu bangsa (1250-1000 sM)
Sekitar tiga setengah abad sesudah Yakub kita berjumpa dengan sekelompok budak di Mesir Utara. Mereka menganggap diri mereka keturunan Yakub. Mereka diperlakukan sebagai budak, sesudah kehilangan kedudukan mereka yang enak dalam pergolakan politik di Mesir. Keadaan mereka buruk. Dalam keadaan seperti itu mereka merindukan kembali cara hidup yang bebas. Kerinduan itu terungkap dalam kebaktian kepada Allah leluhur yaitu Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Kepada Allah leluhur itu mereka berdoa dan mengeluh. Allah menanggapi keluhan mereka dengan memanggil seorang dari mereka untuk menjalankan karya pembebasan yang telah direncanakanNya. Maka tampillah Musa. Pada langkah ini Allah memperkenalkan diri secara lebih mendalam baik melalui tindakanNya maupun melalui nama baru, Yahwe. Nama Yahwe berarti Yang Ada - yang berada di tengah-tengah umatNya dan terlibat dengan kehidupan dan perjuangan umatNya. Keterlibatan ini tampak dalam tindakanNya menghantar umat Israel keluar dari Mesir. Sejak saat itu Israel menyebut Allah dengan sebutan Yahwe yang telah membebaskan kita dari Mesir’. Sekeluarnya dari Mesir, umat Israel sampai ke Sinai. Di tempat ini mereka dikaruniai suatu pengalaman rohani yang sangat mendalam. Allah yang telah membebaskan mereka menyatakan: ‘Aku akan menjadi Allahmu, kamu akan menjadi umat kesayanganKu’. Pengalaman-pengalaman mereka dibebaskan dari Mesir dan di Sinai itu dirumuskan dalam yang disebut Perjanjian Sinai. Sesudah meninggalkan Sinai, mereka menuju tanah Kanaan. Usaha untuk masuk tanah Kanaan bukanlah perjuangan yang mudah. Waktu Musa wafat, umat Israel baru menguasai suatu daerah kecil di sebelah timur sungai Yordan. Akhirnya di bawah pimpinan Yosua yang menggantikan Musa, umat Israel menyeberangi sungai Yordan dan mulai mencari tempat di tanah Kanaan Tengah. Selanjutnya dalam suatu proses yang lama dan berbelit-belit kelompok bekas budak ini berkembang menjadi suatu bangsa yang kuat di bawah pimpinan raja Daud, dua abad sesudahnya. Umat Irael menjadi bangsa Israel, tanah Kanaan menjadi tanah Israel. Dalam karya pembebasan dari Mesir Yahwe memakai Musa sebagai alatNya, sedangkan dalam proses perebutan Tanah Terjanji banyak orang lain yang digerakkan oleh Tuhan, seperti Yosua, Gideon, Simson, Debora. Mereka membangkitkan semangat keagamaan dan mengembangkan penghayatan agama dalam kalangan suku-suku Israel serta memajukan persatuan suku ke arah terbentuknya bangsa. Menurut keyakinan Israel, seluruh proses sejarah ini berjalan menurut rencana Allah.

c. Dari jaman Kerajaan sampai kehancuran (1000-500 sM)
Setelah peralihan yang sulit di bawah raja Saul kerajaan Israel langsung mencapai puncak gemilang di bawah pimpinan raja Daud dan Salomo. Bangsa Israel memandang keberhasilan ini sebagai pemenuhan janji Yahwe kepada bapa Abraham dan umat Israel di Sinai. Namun ternyata jaman keemasan tidak berlangsung lama. Sesudah Salomo kerajaan terpecah menjadi dua kerajaan kecil yang lemah: kerajaan Utara (= I-srael) dan kerajaan Selatan (= Yehuda). Kedudukan Tuhan dan kemurnian agama Yahwe mengalami kemunduran besar selama jaman kerajaan, baik karena kejahatan pribadi raja maupun karena pengaruh politik-religius dari luar yang dibiarkan masuk. Di lain pihak pada jaman ini terus menerus muncul utusan Allah yang disebut nabi. Para nabi sebagai penyambung lidah Tuhan mengutarakan penilaian Tuhan terhadap umatNya dan cara Israel menghayati perjanjian Sinai dengan mendukung yang baik dan menghantam serta membetulkan yang jahat, menubuatkan keselamatan atau hukuman sesuai dengan sikap umat terhadap Tuhan. Ternyata usaha para nabi ini tidak berhasil. Atas nama Tuhan nabi-nabi menubuatkan penghancuran kerajaan Israel dan Yehuda - hal yang terjadi untuk Israel pada tahun 722 sM (dihancurkan oleh Asyur) dan untuk Yehuda pada tahun 587 sM (dihancurkan oleh Babel). Hancurnya kedua kerajaan itu merupakan titik akhir kehidupan politik, tetapi sekaligus juga merupakan titik awal pembaruan rohani.

d. Umat Allah yang terjajah (500-1 sM)
Sampai akhir jaman Perjanjian Lama bangsa Yahudi tetap hidup di bawah penguasa-penguasa asing, silih berganti (Persia, Mesir, Siria, Roma). Tampaknya peranan bangsa Yahudi semakin jelas pindah dari bidang politik ke bidang rohani. Karya Tuhan terhadap umatNya tidak tampak lagi dalam peristiwa-peristiwa lahiriah yang hebat, melainkan membangun iman umat agar mereka dapat memberikan sumbangan yang amat penting bagi umat manusia. Dalam kalangan beberapa ratus ribu orang Yahudi muncul monoteisme (= kepercayaan akan Allah yang Tunggal) di dunia. Mereka inilah yang akan mengembangkannya, memelihara dan membela dengan mempertaruhkan hidup mereka. Seluruh warisan keagamaan masa lampau, seluruh kisah karya Allah sejak leluhur Abraham, pewartaan para nabi, permenungan para bijak - semuanya disimpan, disatukan, direnungkan dan dikembangkan oleh orang-orang Yahudi. Semua itu diyakini sebagai hal yang terjadi di bawah bimbingan Allah. Perlindungan terhadap orang-orang Yahudi yang secara politik tidak berdaya lagi adalah cara karya Allah yang khas pada tahap terakhir Perjanjian Lama.
Dengan melihat secara singkat sejarah umat Israel, kita dapat mengatakan bahwa karya Allah di tengah-tengah Israel sejak Abraham sampai tahap terakhir menjelang kedatangan Yesus dapat dipandang sebagai suatu karya yang berlangsung terus. Dari lain pihak, Israel, juga sejak Abraham sampai kelompok Yahudi yang hidup di ambang Perjanjian Baru, menanggapi karya dan prakarsa Allah tadi. Kadang-kadang tanggapannya positif, menunjukkan kesetiaan, tetapi tidak jarang juga negatif, tidak setia. Tanggapan Israel ini kembali ditanggapi oleh Allah dalam karya penyelamatanNya. Dengan demikian Perjanjian Lama Dapat kita mengerti sebagai Sejarah Allah Dengan Israel, atau Dialog Allah - Israel, bukan sekedar dialog verbal (= dengan kata-kata), melainkan dialog karya penyelamatan.

3. Karya Allah di tengah-tengah Israel dan tanggapan Israel atas karya itu terungkapkan dan diendapkan dalam tulisan-tulisan yang bersama-sama disebut Perjanjian Lama. Asal-usul, gaya, isi dan bentuk tulisan-tulisan itu berbeda satu sama lain, akan tetapi semua muncul dari dan dihasilkan oleh dialog antara Allah dan Israel dalam sejarah penyelamatan itu. Tulisan-tulisan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

a. Kitab-kitab Sejarah
Yang dimaksudkan dengan Kitab-kitab Sejarah adalah tulisan-tulisan yang membahas, merenungkan sejarah Allah dengan Israel. Sebelum ditulis, lama sekali informasi tentang leluhur, segala permenungan tentang hubungan Allah dengan mereka dan tentang hubungan mereka dengan Allah, tersimpan dan diteruskan turun-temurun dalam bentuk cerita dan nyanyian. Begitu juga Musa, karya pembebasan dari Mesir, peristiwa di Sinai hidup terus diantara mereka melalui cerita-cerita yang diteruskan dari mulut ke mulut. Pada tahap selanjutnya, ketika di lingkungan kerajaan mulai muncul yang dapat disebut kelompok cendekiawan, cerita-cerita itu mulai dipilih, disadur dan ditulis. Yang penting bukannya peristiwa sendiri, melainkan peristiwa atau pengalaman sebagai medan pertemuan antara Allah dan manusia. Demikian sejarah Israel sepanjang hampir dua ribu tahun merupakan suatu medan yang sangat luas untuk refleksi atau permenungan iman. Dalam sejarah itu para teolog Israel dapat menimba terus menerus pengetahuan dan pengertian yang semakin mendalam tentang Allah, tentang manusia, tentang hubungan timbal balik antara Allah dan manusia. Dengan demikian kata sejarah harus dimengerti dalam arti yang sangat luas. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1-2 Samuel, 1-2 Raja-raja, 1-2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Tobit, Yudit, Ester, dan 1-2 Makabe.

b. Kitab Mazmur
Kitab Mazmur secara khusus mencerminkan tanggapan Israel atas karya Tuhan, baik yang dialami dalam sejarah bangsa maupun dalam kehidupan pribadi. Dalam Mazmur Pujian Israel mengagungkan karya dan kasih-setia Tuhan dan dengan demikian menghayati kedudukannya sebagai umat terpilih yang disayangi Tuhan. Ada juga Mazmur Keluhan dan Permohonan. Pengalaman akan kasih setia Tuhan di masa lampau mendorong Israel untuk dengan kepercayaan tanpa batas mengarahkan doa permohonan kepada Tuhan, khususnya dalam keadaan terhimpit atau bahaya. Kepercayaan akan Tuhan yang mengasihi dan setia membuat orang berani tetap berharap dan berdoa ketika menurut perhitungan manusia tidak ada harapan lagi. Dalam Perjanjian Lama tersimpan 150 mazmur, yang merupakan suatu sekolah doa bagi manusia dari segala jaman.

c. Kitab-kitab Hukum
Sejak peristiwa di gunung Sinai, Israel mencoba merumuskan sejumlah petunjuk dan pengarahan yang dapat mengkonkretkan kedudukan Israel sebagai umat kesayangan Tuhan dan menghayati tuntutan untuk membalas kasih setia Tuhan. Petunjuk dan pengarahan itulah yang disebut Hukum atau Hukum Taurat. Beberapa saat sesudah perjanjian Sinai, rumus pendek seperti sepuluh perintah dapat dianggap cukup untuk mengungkapkan penghayatan semangat perjanjian Sinai. Akan tetapi tujuh atau delapan abad sesudah itu, daftar pendek itu berkembang menjadi beberapa kumpulan tertulis dengan ratusan petunjuk, peraturan dan larangan. Proses itu terjadi perlahan-lahan, dan Israel selalu mencoba untuk setiap kali bertitik tolak dari semangat Sinai dengan harapan setiap peraturan mengarahkan dan mengkonkretkan tindakan sehari-hari sebagai umat kesayangan dalam usaha membalas kasih setia Tuhan. Dengan demikian Hukum bukan beban yang memaksa dari luar, melainkan “pelita bagi kakiku; terang bagi jalanku” (Mzm 119:105).

d. Kitab Nabi-Nabi
Tuhan menyapa umatNya melalui perantaraan para nabi. Melalui pewartaan mereka pula Tuhan menilai, mengoreksi, mengancam, menyemangati atau menghibur umatNya sesuai dengan tanggapan umat atas karya penyelamatanNya. Deretan panjang para nabi yang menanggapi situasi konkret umat Allah atas nama Tuhan, mewariskan kepada umat Yahudi dan kepada kita suatu harta yang tak ternilai harganya. Seorang nabi melihat dengan mata Tuhan, menilai dengan ukuran Tuhan. Melalui tulisan-tulisan mereka para pembaca dapat melihat, memahami pandangan dan penilaian Tuhan terhadap manusia, tindakan manusia dalam keadaan konkret yang seringkali sangat mirip dengan tindakan, keadaan kita.. Yang termasuk dalam Kitab Nabi-Nabi adalah: Yesaya, Yeremia, Ratapan, Barukh, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi.

e. Kitab-Kitab Kebijaksanaan
Dalam kitab-kitab ini diungkapkan kazanah pengalaman manusia, untuk membangun hidup manusia supaya ia bersikap bijaksana dan tepat dalam setiap keadaan hidup, dalam hubungan dengan Allah, atasan, rekan, bawahan, ciptaan lain. Namun di dalamnya juga terungkap permenungan sebagai umat Allah. Berbeda dengan kitab-kitab sejarah yang memusatkan perhatian pada karya Allah dalam sejarah penyelamatan Israel, kitab-kitab kebijaksanaan merenungkan karya Allah yang lebih umum sebagai Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Yang termasuk dalam kelompok ini ialah: Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkotbah, Kidung Agung, Kebijaksanaan, Sirakh.

4. Kitab Suci Perjanjian Lama merupakan endapan dari suatu proses panjang dialog Allah dengan umat Israel. Pertanyaan yang dapat muncul ialah, apa arti Perjanjian Lama bagi kita orang beriman di jaman ini? Secara singkat dapat dikatakan begini: melalui Perjanjian Lama kita dapat mengenal Allah, mengenal diri kita dan mengenal keadaan hidup kita.

a. Mengenal Allah
Dalam Kitab Suci kita berjumpa dengan Allah yang memperkenalkan diri kepada sekian banyak orang yang berbeda, melalui berbagai macam peristiwa dan pengalaman. Dapat disebut salah satu, misalnya pengalaman Ayub. Selangkah demi selangkah melalui suatu proses yang sangat ngeri dan sulit Ayub dituntun sehingga akhirnya sampai kepada keyakinan: Allah adalah Misteri. Ia tidak dapat dimengerti, tindakanNya melampaui daya tangkap manusia. Bersama Ayub setiap orang beriman diajak untuk mempercayakan diri kepada Allah, yang kasih setiaNya seringkali tidak dapat dimengerti. Secara umum dapat dikatakan, dalam pengalaman para ‘bapa iman’ dan dalam kata-kata mereka kita dapat bertemu dengan Allah yang sama.

b. Mengenal Diri Kita
Dalam Kitab Suci kita juga bertemu dengan orang-orang yang mendahului kita dalam perjalanan iman. Kisah pasang dan surut mereka menerangkan kisah perjalanan kehidupan kita sendiri. Abraham berani percaya kepada Tuhan (Kej 12:1-9), tetapi kemudian merasa takut (ayat 10-20), tidak sabar menunggu Tuhan melaksanakan janjiNya (Kej 16). Baru sesudah perjalanan dan pengalaman panjang ia rela mempercayakan diri seutuhnya kepada Allah (Kej 22:1-19). Atau siapa yang tidak pernah merasa tak berdaya dalam keadaan sulit seperti Daud ketika berhadapan dengan Goliat? (1 Sam 17). Demikian tokoh-tokoh lain dalam Perjanjian Lama seperti Yakub, Yusuf, Amos, Hosea, Yeremia dapat menunjukkan jalan bagi kita dan membentuk sikap-sikap dasar iman kita.

c. Mengenal Keadaan Kita
Dalam sejarah hidupnya yang dituntun oleh Allah Israel berhadapan dengan berbagai macam keadaan dan menghadapi keadaan itu dengan cara yang sesuai dengan keyakinan iman mereka. Renungan tentang keadaan-keadaan itu dan tentang tanggapan Israel atas keadaan-keadaan itu, dapat memberikan beberapa pedoman atau patokan bagi kita untuk menilai keadaan hidup kita sekarang. Penilaian yang disampaikannya pada Yer 2; Yeh 16; 20; 23 dapat membantu kita untuk menilai sejarah kita sendiri dari sudut pandangan Allah.
5. Untuk kesekiankalinya harus dikatakan bahwa dalam Perjanjian Lama berisi dialog Allah dengan Israel, atau menurut judul catatan ini, kesaksian umat terpilih yang disapa oleh Allah. Allah sedikit demi sedikit menyatakan diri, sesuai dengan tingkat kemampuan yang menerima. Sedikit demi sedikit gambaran Allah berkembang, semakin dalam dan tanggapan manusia semakin jelas dan utuh pula. Semua yang tertulis, semua yang dikatakan dalam Perjanjian Lama harus ditempatkan dalam kerangka ini. Kalau demikian kisah penciptaan (Kej 1-2) tidak akan dimengerti sebagai pemberitahuan bahwa dunia ini diciptakan selama enam hari. Yang mau dikatakan ialah bahwa seluruh dunia, semua yang ada diciptakan oleh Allah dengan maksud baik. Keyakinan ini diungkapkan dalam kisah penciptaan, sesuai dengan cara berpikir orang pada waktu itu. Demikian juga peraturan nyawa ganti nyawa, gigi ganti gigi, mata ganti mata (Kel 21:23-24 bdk. Im 24:20; Ul 19:21; Mat 5:38) tidak harus dimengerti sebagai suatu perintah yang berlaku selama-lamanya. Dalam lingkungan hidup orang yang cenderung membalas lebih kejam daripada perlakuan yang diterima (kalau dipukul dengan kerikil, dibalas dengan batu), peraturan itu sudah merupakan suatu langkah maju - langkah yang sedikit demi sedikit akan menuju ke perintah Kristus sendiri .... “kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu ....” (Mat 5:44).

6. Akhirnya inilah yang dikatakan oleh Konsili Vatikan II mengenai arti Perjanjian Lama untuk umat Kristiani: “.... Buku-buku Perjanjian Lama .... menampakkan kepada semua pengertian tentang Allah dan manusia serta bagaimana Allah yang adil dan rahim bergaul dengan manusia. Buku-buku ini walaupun mengandung hal-hal yang tidak sempurna serta sementara, toh memperlihatkan cara pendidikan ilahi yang sejati. Maka buku-buku itu, yang mengungkapkan kesadaran yang hidup akan Allah yang mengandung ajaran luhur mengenai Allah serta kebijaksanaan yang menyelamatkan tentang hidup manusia, dan perbendaharaan doa yang mengagumkan, dimana akhirnya tersembunyi rahasia keselamatan kita, harus diterima dengan khidmat oleh kaum beriman Kristiani” (DV 15).

Diringkas dari Wim vd. Weiden MSF, Membaca Kitab Suci Perjanjian Lama oleh I. Suharyo Pr.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home